Kinayah
Dosen Pengampu
: Talqis Nurdianto, Lc., MA.
Septiani Nurul
Hanifah (20140820018)
Fahrunnisa Ayu
Azahra (20180820019)
Aqidah Alan
Nisa’ (20140820031)
Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Pendidikan Bahasa
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2016
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Kinayah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kinayah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Yogyakarta, 26 Mei 2016
Tim Penyusun
Daftar Isi
Menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran yang sangat indah dan sarat akan makna itu tidaklah mudah.
Apalagi Al-Quran merupakan mukjizat terindah dan teragung yang diberikan kepada
nabi Muhammad SAW.
Salah satu
saran dari sekian banyak disiplin ilmu yang dapat dipergunakan untuk mencapai
maksud itu adalah balaghah, karena balaghah merupakan disiplin ilmu yang
berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian yang menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang sama di antara macam-macam uslub (ungkapan). Balaghah
mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fasih.
Ilmu bayan
terdiri atas empat bahasan, salah satunya yakni kinayah. Keberadaan kinayah
menjadi penting karena banyak sekali teks-teks arab yang menggunakan kinayah
untuk memperindah makna. Untuk itu tim penyusun menyusun makalah ini guna
menjelaskan lebih dalam tentang kinayah dalam ilmu bayan.
1.
Apa
pengertian kinayah?
2.
Apa
saja macam-macam kinayah?
1.
Mengetahui
apa makna kinayah
2.
mengetahui
macam-macam kinayah
Secara bahasa
kinayah berasal dari lafadz كنا- يكنو/ كنى- يكنى- كناية yang berarti menerangkan
sesuatu dengan perkataan lain atau mengatakan dengan kiasan atau sindiran.
Secara leksikal
kinayah bermakna ما
يتكلم به الإنسان ويريد به غيره (suatu
perkaataan yang diucapkan oleh seseorang akan tetapi maksudnya berbeda dengan
teks yang diucapkannya).
Sedangkan
secaara terminologis adalah:
كلام أطلق وأريدبه
لازم معناه مع جواز المعنى الأصلى
“Suatu kalimat yang diungkapkan dengan maksud makna
kelazimannya, akan tetapi tetap dibolehkan mengambil makna haqiqinya.”[1]
Dengan kata
lain, الكناية
(al-kinayah) sesuatu kalimat yang disampaikan namun yang dikehendaki
dari kalimat itu adalah makna yang lain bukan makna yang sebenarnya. Di samping
itu, ada kemungkinan yang dikehendaki adalah makna yang sebenarnya, jika memang
tidak ada catatan yang melarang untuk itu.[2]
Dilihat dari
segi maknanya kinayah terbagi menjadi tiga, yaitu:
Kinayah Sifat
Kinayah Sifat adalah kinayah
yang berupa sifat. Mukanna ‘anhunya berupa sifat yang menetap di maushufnya (menentukan
sifat untuk maushuf). Kinayah sifat juga dapat diartikan pengungkapan sifat
tertentu tidak dengan jelas, melainkan dengan isyarah atau ungkapan yang dapat
menunjukkan maknanya yang umum.
Kinayah sifat
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
Kinayah qaribah
yaitu kinayah yang perpindahan makna dari lafadz yang di kinayahkan
(mukanna‘anhu) kepada lafadz kinayah (mukanna bih) tanpa melalui perantara.
Contoh:
رفيع العماد
طويل النجاد
Ungkapan “رفيع العماد” dan “طويل النجاد” pada asalnya bermakna tinggi tiangnya dan
panjang sarung pedangnya. Dalam uslub kinayah, lafal-lafal tersebut bermakna pemberani
dan terhormat. Ungkapan-ungkapan tinggi tiangnya dan panjang sarung pedangnya
sudah langsung bermakna terhormat dan pemberani. Perpindahan makna dari makna
asal ke makna kinayah terjadi tanpa memerlukan wasilah atau perantara
lafal-lafal lainnya.
Kinayah ba’idah
yaitu kinayah yang perpindahan makna dari lafadz yang di kinayahkan (mukanna
‘anhu) kepada lafadz kinayah (mukanna bih) melalui perantara.
Contoh:
فلان كثير
الرماد إذا ما شتا
كثير الرماد yang
bermakna banyak abunya. Namun yang dimaksud bukanlah makna yang sebenarnya,
melainkan makna lain yang menjadi kelazimannya. Yang dimaksud oleh al Khanza
adalah seorang yang banyak abunya banyak menyalakan api, orang yang banyak
menyalakan api berarti banyak memasak, orang yang banyak memasak berarti banyak
tamunya, orang yang banyak tamunya berarti dermawan.
Kinayah Mausuf
Kinayah maushuf
yaitu kinayah yang mukanna ‘anhunya berupa maushuf. Pada kinayah ini di
syaratkan sifatnya harus khusus untuk maushuf.
Contoh:
أبناء النيل
“Bangsa Mesir”
تطورت وسائل
الانتقال والسفر من سفينة
الصحراء إلى ماخرة البحار ومن ذوات
الصهيل إلى بنات الهواء
“Alat
transportasi dan perjalanan kini telah berevolusi dari perahu padang pasir menjadi pembelah
lautan dan dari kendaraan meringkik menjadi anak-anak
udara”..
Kinayah Mausuf
ada dua jenis:
Kinayah yang
mukana ‘anhunya (lafal yang di-kinayah-kan) diungkapan hanya dengan satu
ungkapan, seperti ungkapan “موطن
الأسرار”, sebagai kinayah dari lafal القلب.
Kinayah yang
mukana ‘anhunya diungkapkan dengan ungkapan yang banyak, seperti ungkapan “حى مستوى القامة عريض الأظفار” sebaagai kinayah dari lafal الإنسان. Pada jenis kinayah ini, sifat-sifat tersebut harus dikhususkan
untuk maushuf, tidak untuk yang lainnya.
c. Kinayah
Nisbah
متقرب من صاحبي فإذا
مشت في عطفه الخيلاء لم أتقرب
“aku (selalu)
mendekati sahabatku, namun jika kesombongan mengalir dalam emosinya maka
aku tidak mendekatinya”
Emosi =
orangnya.
المجد بين ثوبيك
# والكرم ملء برديك
“Keagungan
berada di kedua pakaianmu, dan kemuliaan itu memenuhi kedua baju burdahmu.”
Pada syi’ir di
atas pembicara bermaksud menisbahkan keagungan dan kemuliaan kepada orang yang
diajak bicara. Namun, ia tidak menisbatkan kedua sifat itu secara langsung
kepadanya, melainkan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya, yakni dua pakaian
dan dua selimut. Kinayah yang berupa panisbatan seperti ini dinamakan kinayah
nisbah.
2. Dilihat
dari segi perantara (media) atau kelazimannya, kinayah terbagi menjadi
empat,yaitu:
a. Ta’ridh
( تعريض )
Yaitu perkataan
untuk menunjukkan suatu makna yang tidak disebutkan (tidak terang maksudnya)
Contoh:
المسلم من سلم
المسلمون من لسانه ويده
”Seorang muslim
yang sebenarnya adalah yang tidak mengganggu muslim yang lainnya dengan lisan
dan tangannya”
Contoh tersebut
mengisyaratkan tiadanya sifat islam dari orang yang menyakiti.
Orang Arab
sendiri biasa mengungkapkan sesutu dengan model ta’ridh. Model ini lebih halus
dan indah dibandingkan dengan pengungkapan secara terang-terangan. Jika
seseorang mengungkapkan sifat orang lain dengan cara terang-terang, maka orang
tersebut tentu akan merasa terhina.
b. Talwih (تلويح )
Yaitu kinayah
yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhu terdapat media atau perantara yang
banyak.
Contoh:
وَمَا يَكُ
فِيَّ مِنْ عَيْبٍ فَإِنَّى # جَبَانُ الكَلْبِ مَهْزُوْلُ الْفَصِيْلِ
“padaku tidak
terdapat aib # Karena aku adalah pengecut anjingnya dan kurus
anak sapinya.”
Pada syi’ir
tersebut terdapat ungkapan “جَبَانُ
الكَلْبِ” dan “مَهْزُوْلُ
الْفَصِيْلِ”. Kedua ungkapan ini pada dasarnya menggunakan gaya bahasa
kinayah. Kedua ungkapan ini bermakna seseorang yang mulia. Ungkapan “جَبَانُ الكَلْبِ”, mempunyai pengertian bahwa dia sering
mencegah anjingnya menggonggong pada tamu yang datang. Upaya dia mencegah
anjingnya ini merupakan bentuk penghormatan kepada tamunya. Kebiasaan
menghormaat tamu menunjukkan banyak sekali orang yang datang kepadanya. Dan
banyak tamu yang datang menunjukkan bahwa dia itu orang baik dan mulia.
Ungkapan ini
merupakan ungkapan kinayah. Adanya perpindahan makna dan arti hakiki ke arti
yang lazimnya melalui beberapa media dinamakan kinayah talwih.
c. Ramz ( رمز )
Yaitu kinayah
yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhunya terdapat sedikit media atau
perantara dan lazimnya tersirat.
Contoh:
فُلَانُ
عَرِيْضُ القَفَا وَعَرِيْضُ الوِسَادَةْ
Si fulan lebar
tengkuknya dan lebar bantalnya
sebagai kinayah
untuk mengungkapkan orang idiot atau bodoh.
مكتنز اللحام
dagingnya padat
atau gempal
sebagai kinayah
untuk mengungkapkan orang yang berani.
متناسب الأعضاء
anggota tubuhnyanya
tersusun rapih
sebagai kinayah
untuk mengungkapkan orang yang cerdik.
غليظ القلب
tebal hati
sebagai kinayah
untuk mengungkapkan orang yang keras kepala.
d. Imak
atau isyaroh ( الإيماء أو الإشارة )
Yaitu kinayah
yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhunya tidak banyak terdapat media atau
perantara,dan tidak samar. Pada kinayah jenis ini, makna lazimnya tampak dan
makna yang dimaksud juga dekat.
Contoh:
فاصبح يقلب كفيه
على ما انفق فيها وهي خاوية) الكهف : ٤٣(
“maka ia
membolak-balikkan kedua telapak tangannya terhadap apa yang ia infakkan,
sedangkan telapak tangannya itu kosong”.
Pada ayat di
atas terdapat ungkapan “يقلب
كفيه” makna asal ungkapan tersebut adalah ‘membolak-balikkan kedua
telapak tangannya’. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan kinayah yang maksudnya
menyesal.
الكناية
(al-kinayah) sesuatu kalimat yang disampaikan namun yang
dikehendaki dari kalimat itu adalah makna yang lain bukan makna yang
sebenarnya. Di samping itu, ada kemungkinan yang dikehendaki adalah makna yang
sebenarnya, jika memang tidak ada catatan yang melarang untuk itu.
Kinayah terbagi
menjadi beberapa kategori
Dilihat dari
segi maknanya kinayah terbagi menjadi tiga, yaitu:
Kinayah Sifat
Kinayah sifat
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Kinayah
qaribah
2) Kinayah ba’idah
Kinayah Mausuf
Kinayah Nisbah
Dilihat dari
segi perantara (media) atau kelazimannya, kinayah terbagi menjadi empat,yaitu:
Ta’ridh ( تعريض )
Talwih (تلويح )
Ramz ( رمز )
Imak atau
isyaroh ( الإيماء أو الإشارة )
Idris, M. (2016). Retorika Berbahasa Arab Kajian Ilmu Bayan.
Yogyakarta: Pernerbit KaryaMedia.
Zaenuddin, M.,
& Nurbayan, Y. (2007). Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: PT Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment